Budaya memiliki pengaruh besar dalam membentuk sikap dan perilaku terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Nilai-nilai tradisional yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat dapat memperkuat norma-norma yang mengizinkan kekerasan. Dalam beberapa budaya, KDRT dianggap sebagai hal yang wajar atau bahkan sebagai cara untuk mengontrol pasangan.
Perubahan budaya yang diperlukan untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga memerlukan upaya kolektif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pendidikan, media, dan tokoh masyarakat. Kampanye kesadaran yang mempromosikan kesetaraan gender dan menolak kekerasan dalam rumah tangga dapat membantu mengubah persepsi dan norma-norma sosial yang ada.